Monday, January 3, 2011

Unforgettable Melbourne

Udara dingin menerpaku ketika kuinjakkan kaki pertama kali di Melbourne, Australia di awal Juli tahun lalu. Ya... saat itu memang sedang puncak-puncaknya musim dingin di Melbourne. Aku tidak punya pilihan lain karena sebagai penerima beasiswa aku harus memenuhi kontrak untuk kuliah di pertengahan semester di salah satu universitas terkemuka di kota Melbourne.
Setelah melewati area custom, aku menuju meeting point yang sudah disepakati. Tidak ada seorang pun di sana. Selang berapa lama kemudian, seorang gadis cantik datang menghampiri dan menegurku.."Are you Jaka?". "Yes, I am.". Wow.... cantik nian nech cewek. Lebih cantik dari foto yang pernah dia kirimkan. "Are you Vivi?" Dia mengangguk sambil tersenyum manis sekali... Inikah calon housemate ku...? Wesss... bakalan betah di rumah nech pikirku......
Dengan naik taksi kami menuju ke sebuah apartement di South Melbourne. Sepanjang perjalanan kami bertukar cerita. Lebih banyak dia yang cerita sih... Aku memilih mendengarkan sambil menikmati wajahnya yang sangat tidak membosankan. Sesampainya di apartment, Vivi langsung menanggalkan winter coatnya. Kali ini dia hanya mengenakan kaos tank top dan celana pendek. Terlihat dengan jelas bentuk tubuhnya yang sempurna. Tingginya sekitar 167 cm, kulitnya putih mulus, rambutnya yang hitam panjang terurai dan payudaranya berukuran sekitar 36B. Aku terkagum-kagum melihat penampilannya yang telah berhasil membangkitkan jagoanku dari tidurnya. Bukan Central heating di apartmennya yang bikin aku gerah, tapi kulit mulus Vivi plus payudaranya yang menonjol dibalik kaosnya yang ketat itu yang bikin aku kepanasan.


"Do you wanna ommelet?" Kata-kata lembut Vivi membuyarkan lamunanku. "Yes.. yes... please" tergagap-gagap aku menjawabnya. Dia hanya tersenyum manis meninggalkanku yang masih terbengong-bengong. Sambil masak, kami tetap ngobrol. Aku memandangi tubuh indah Vivi dari belakang. Jagoanku makin membesar dan tegang. Ingin rasanya aku menyergap dia dari belakang, memeluknya dan menciumi tengkuknya, meremas-remas dan menciumi payudaranya dan memasukkan jagoanku ke Mrs V nya yang pasti juga sangat indah.


Mungkin Vivi tahu apa yang ada di dalam otakku. Sambil membawa ommelet ke arahku dia senyam-senyum melihat tingkahku yang mulai kegerahan. Aku minta ijin Vivi ke kamar untuk berganti pakaian. Keluar kamar, Vivi terlihat memandangku tak henti-henti. Sepertinya dia terkagum-kagum dengan penampilanku. Aku hanya mengenakan kaos basket kesukaanku plus celana pendek. Tinggiku 170 cm, muka tidak malu-maluin dan badanku berotot karena rajin basket dan rutin fitnes. Kami sarapan berhadap-hadapan di meja makan kecil. Vivi tidak konsentrasi makannya. Entah apa yang ada di dalam benaknya. Aku pun sudah membayangkan hal-hal indah dengannya.
Selesai makan aku berinisitif cuci piring. Ketika aku mulai pegang piring untuk dicuci, tiba-tiba vivi menubrukku dari belakang sambil tangannya memegangi tanganku. "No Jaka... No, Let me do it" Dia minta aku istirahat aja di kamar karena baru datang dari perjalanan jauh. Aku merasakan payudara Vivi yang sangat padat menempel di punggungku. Nafasnya terasa hangat di telingaku. Harum tubuh dan desah nafas Vivi membuat jagoanku bangkit lagi. Gila... bisa konak aku...... Aku berdalih untuk tetap nyuci piring. Payudaranya makin erat melekat di punggungku ketika dia mendekapku lebih erat lagi sambil berkata.... "Please jaka... please take a rest". Aku memalingkan wajah ke muka Vivi yang hanya berjarak beberapa cm saja. Tanpa sengaja bibir kami bertemu. Bukannya menghindar, bibir Vivi malah menyambut bibirku. Aku pun langsung melumat bibirnya yang memang seksi itu.... Tanganku beralih dari piring ke payudara Vivi. Tanganku yang satunya lagi meremas-remas pantat Vivi yang terasa kenyal. Tangan Vivi telah masuk ke dalam CD ku dan memegangi jagoanku. Aku menciumi leher Vivi dan turun ke payudaranya. Kulepaskan kaos dan BH Vivi.... Wow... memang luar biasa indahnya payudara Vivi. Benar tebakanku, 36B. Kuciumi dengan lembut puting susunya, kukulum, kugigit lembut dan kuhisap-hisap bergantian. Vivi mulai mengeluarkan suara-suara aneh.....
Tiba-tiba Vivi melorotkan celanaku, dia mulai mengulum jagoanku. Dihisapnya, digigit dan dipermainkannya dengan lidahnya. Kali ini aku yang mengeluarkan suara-suara kenikmatan. Aku semakin tidak tahan....
Kuangkat vivi dan membawanya ke kamar. Kubaringkan dia dan kulepaskan celana pendek berikut CD yang membalut Mrs V nya. Tak lupa aku melepaskan kaos basketku. Dugaanku ternyata benar, Mrs V milik Vivi seindah orangnya. Bulunya lebat, warnanya sungguh indah, merah merekah. Sepertinya belum pernah tersentuh. Mrs V terlihat mulai basah oleh cairan kenikmatan. Tanpa basa-basi langsung saja aku cium si Mrs V. Kusibak bulu-bulu yang menghalanginya. Kusibak juga dinding vagina luarnya sehingga aku bisa dengan leluasa menciumi clitorisnya. Dia semakin menggelinjang dan lenguhannya makin keras. Sambil tetap menciumi klitorisnya yang terlihat nongol itu, tanganku berpindah memainkan puting susunya. Dia sudah tidak tahan lagi dan minta jagoanku segera dimasukkan ke dalam Mrs V nya yang sudah basah kuyup.
Tanpa menunggu perintah kedua, segera aku tancapkan jagoanku yang panjangnya 18 cm itu ke dalam liang Mrs V.
Gila.... susah juga masuknya. Liang Mrs V milik vivi kecil banget. Dengan gaya konventional, Aku mencoba memasukkan jagoanku dengan perlahan. Ketika baru kepalanya saja yang masuk, Vivi menjerit kesakitan. Tapi dia tetap minta aku melanjutkannya. Kumasukkan pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Dengan perjuangan yang tak kenal lelah... akhirnya .... blesss..... jagoanku masuk semuanya ke dalam liang Mrs V.
Aku kocok dengan perlahan jagoanku di dalam liang Vivi. Terlihat dengan jelas wajah Vivi meringis, menahan rasa sakit. Aku sebenarnya sudah tidak tega dan ingin mencabut jagoanku, tapi tangan Vivi menahan pantatku supaya jagoanku tetap berada di dalam liang Mrs V nya..... Dia minta aku tetap mengocok jagoanku di dalam Mrs V nya.....
Aku kocok lagi dengan perlahan dan lembut. Dia mulai terlihat bergairah kembali. Sepertinya dia sudah lupa dengan rasa sakit yang dirasakannya. Aku semakin mempercepat gerakan si jagoan. Vivi terlihat semakin menikmati permainanku. Vivi mulai mengimbangi permainanku. Diputar-putarnya pantatnya dan dijepitkannya kakinya. Jagoanku terasa dipelintir. Aku semakin keras menggerakkan jagoanku. Mrs V milik Vivi semakin basah dan Vivi pun mengeluarkan lenguhan-lenguhan kenikmatan semakin keras. Aku pun semakin tak tahan. Aku semakin percepat gerakan dan bersamaan dengan teriakan Vivi, menyemburlah spermaku di dalam Mrs V milik Vivi. Kami mencapai klimax bersamaan. Badan terasa lelah sekali. Vivi memandangiku dengan tersenyum dan aku pun membalas senyumannya itu dengan mengecup bibirnya.
Tangan Vivi masih memeluk punggungku. Jagoanku pun masih enggan untuk meninggalkan Mrs V. Kubelai-belai rambutnya.... Vivi hanya tersenyum-senyum penuh arti..... Ditariknya kepalaku dan mendekatkan telingaku ke arah bibirnya. Satu kata lembut terucap...."I love you....". "I love you too Vivi". Rupanya Vivi telah jatuh cinta padaku saat pandangan pertama ketika dia menjemputku di airport. Aku adalah cinta pertamanya. Perasaan yang sama pun ada dalam diriku ketika melihat Vivi pertama kali di airport tadi pagi.....
Kami pun saling berciuman. Sebelum permainan ronde kedua dimulai, Vivi minta ijin ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil menunggu Vivi, aku lihat bercak-bercak spermaku bercampur cairan Vivi di sprei putih miliknya. Aku terkejut ketika melihat ada setets darah diantara cairan tersebut. Ternyata..... Vivi memang masih perawan...... Pantas saja tadi jagoanku susah sekali masuknya..... ternyata masih virgin.....
Karena Vivi tidak kunjung muncul dari dari kamar mandi, lantas aku hampiri dia di kamar mandi..... Dia terlihat sedang merenung dan setetes air mata mengalir di pipinya yang putih mulus itu. Aku hampiri dia dan memeluknya. Aku minta maaf atas semua yang terjadi.... Dia memelukku semakin kencang dan meledaklah tangisnya. Dia sedih karena akhirnya melepas keperawannya pada orang yang baru dikenalnya. Dia bahagia karena memberikan itu pada orang yang dicintainya, meski pun baru ketemu. Aku berusaha meyakinkan dia bahwa aku juga mencintai dia. Dia juga merupakan orang pertama bagiku. Ini ML pertamaku. Sewaktu di jakarta aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar, basket dan fitness. Sesekali aku nonton film BF yang aku dapat dari teman-teman basketku. Aku belum pernah pacaran, apalagi mencium cewek.
Tangisan Vivi mulai reda, hanya isak kecil yang terdengar. Kubelai-belai lagi rambutnya dan kuhapus air mata dari matanya dengan bibirku. Tiba-tiba saja bibirnya melumat bibirku. Dia memelukku semakin kencang. Payudaranya yang kenyal itu sekali lagi merapat dengan erat di tubuhku. Kali ini melekat erat di dadaku. Kontan saja jagoanku bangkit kembali dengan tegarnya....
Kami pun melakukan ronde kedua di kamar mandi. Kali ini doggi style dibawah pancuran air hangat.... Meski masih terasa nyeri di Mrs V, Vivi sangat menikmati sodokanku dari belakang. Ciumanku di punggungnya dan gerakan-gerkan tanganku yang bermain dengan asyiknya di puting payudaranya membuat Vivi mengerang tak henti-hentinya..... Dengan posisi ini pun dia mencapai klimax berkali-kali. Kami akhiri permainan dengan mandi bersama.
Kini Vivi telah menjadi pacarku. Dia adalah housemate ku, pacarku dan ML pertamaku.... I love you vivi.....

No comments:

Post a Comment